Ketika masih baru dilahirkan kedunia ini, biasanya orang menganut agama orang tuanya. Sampai pada tahap usia tertentu, orang tersebut ingin mencari keberadaan Tuhan menggunakan akal dan logikanya. Namun gagal. Sehingga ia mengambil keputusan untuk tidak percaya sama Tuhan.
Atau ada juga yang sudah menganut agama tertentu. Tapi dia merasa kecewa karena ajaran agama yang diterimanya tidak masuk akal. Terlebih adanya agama yang mengajarkan kekerasan, membunuh, dll hanya untuk membela agama mereka. Disitu seorang ateis menjadi bingung dan tidak percaya lagi sama agama yg sedang dianutnya. Sehingga ada kemungkinan, ia mencari kebenaran di agama lain. Atau kalau tidak puas dia menjadi ateis.
Toh juga hidup mereka ketika menjadi ateis tetap aman-aman saja. Tuhan tidak langsung membunuh mereka. (baca: Tuhan itu tidak adil)
Ada juga yang memang dibesarkan tanpa didikan agama yang kuat. Sehingga individu tersebut tidak pernah diajarkan tentang konsep Ketuhanan, dan hal seperti itu. Intinya kombinasi hal tersebut bisa membuat seseorang menjadi penganut paham ateisme. Apalagi mereka beranggapan bahwa bukti Tuhan itu memang tidak ada dan tidak seorang pun bisa menunjukkan mereka salah dengan argumen dan logika yang memuaskan.
Orang ateis biasanya menganggap bahwa tanpa agama, hidup itu bisa aman. Malah kebanyakan penganut ateis orangnya baik dan secara moral mereka jauh lebih respek dengan orang lain dan menghormati keberagaman. Berbanding terbalik dengan para penganut agama, yang hidupnya malah lebih hancur.
Buat orang yang tidak percaya sama Tuhan, mereka tidak mempercayai adanya tujuan hidup. Dan bagi mereka sebaiknya hidup dijalani dengan sebaik2nya saja.